Potensi Produk Tanaman Pangan dan Hortikultura di Pegunungan Tengah Papua - News - BPS-Statistics Indonesia Tolikara Regency

Help us improve BPS Statistics Services by filling out the 2024 Data Needs Survey here

Potensi Produk Tanaman Pangan dan Hortikultura di Pegunungan Tengah Papua

Potensi Produk Tanaman Pangan dan Hortikultura di Pegunungan Tengah Papua

December 3, 2015 | Other Activities


Papua sebagai pulau paling timur di Indonesia menyimpan berbagai potensi. Tak hanya dari segi pariwisata saja melainkan juga dari sisi pertanian. Tanah subur dan memiliki potensi untuk pengembangan komoditas pertanian hanyalah sebesar 31,8 persen. Jenis tanah tersebut banyak ditemukan pada vegetasi hutan, padang rumput, dataran rendah, dan beberapa wilayah pegunungan. Meskipun kecil, tetapi jika dikembangkan dengan serius tentunya potensi pertanian di wilayah ini dapat digunakan sebagai tumpuan perekonomian masyarakat Pegunungan Tengah yang selama ini dikenal terisolir dan jauh dari pusat kegiatan ekonomi. Wilayah Pegunungan Tengah yang berada tepat di jantung pulau Papua memiliki potensi yang sangat besar untuk pengembangan sektor pertanian ini. Berdasarkan data dari BPS Provinsi Papua, terjadi peningkatan PDRB menurut lapangan usaha di wilayah Pegunungan Tengah Papua, dan peningkatan paling besar ada pada sektor pertanian. Sub sektor pertanian tanaman pangan dan hortikultura memberikan sumbangan paling besar dibandingkan dengan sub sektor lainnya, yaitu sebesar 2.245 trilyun. Berdasarkan hasil Sensus Pertanian 2013, terdapat 281.398 rumah tangga yang mengusahakan pertanian tanaman pangan dan 175.338 rumah tangga yang mengusahakan tanaman hortikultura. Ubi jalar merupakan salah satu tanaman palawija yang menjadi tumpuan pertanian di wilayah Pegunungan Tengah, karena menjadi makanan pokok bagi masyarakat di daerah ini. Hipere atau ubi jalar biasa dijual oleh mama-mama Papua dengan harga 20.000 rupiah per tumpuk. Selain ubi jalar, sayur-sayuran yang ditanam di wilayah ini kualitasnya juga sangat baik. Hanya saja, harga jual disini memang jauh lebih mahal jika dibandingkan dengan wilayah lain di Indonesia. Misalnya, untuk harga seikat sawi putih adalah 10.000 rupiah untuk ukuran kecil, bahkan mencapai 25.000 sampai 30.000 rupiah untuk ukuran besar (di wilayah Kab. Tolikara). Tidak ada yang murah di Papua. Nampaknya, ungkapan tersebut benar adanya. Mahalnya transportasi dalam pulau menyebabkan harga-harga kebutuhan pokok melambung tinggi, mencapai dua sampai tiga kali lipat dibandingkan dengan pulau Jawa, bahkan lebih. Itu adalah harga-harga di Kabupaten Jayawijaya sebagai kabupaten induk di wilayah Pegunungan Tengah. Bagaimana dengan harga kebutuhan pokok di kabupaten lain yang notabenenya sebagai wilayah pemekaran? Jangan ditanya. Tentunya lebih mahal lagi, bahkan sudah di luar perkiraan dan tidak terbayangkan. Hampir semua bahan kebutuhan di wilayah pemekaran ini berasal dari Wamena, ibukota kabupaten Jayawijaya. Barang yang dijual di Wamena pun juga berasal dari Jayapura. Sementara itu akses transportasi ke Wamena hanya bisa ditempuh menggunakan pesawat udara, lalu akses dari Wamena menuju wilayah pemekaran kebanyakan juga menggunakan pesawat. Hanya beberapa kabupaten yang bisa ditempuh menggunakan jalur darat, misalnya kabupaten Tolikara. Itupun dengan medan yang sangat berbahaya dan biaya yang mahal. Misalnya, ongkos untuk menyewa mobil dari Wamena menuju Tolikara mencapai 2.500.000 rupiah untuk sekali jalan dengan waktu tempuh sekitar lima jam perjalanan. Mahalnya biaya angkut di wilayah ini menyebabkan produk pertanian dari tempat ini sulit untuk dipasarkan ke wilayah lain. Selain itu, kondisi politik dan keamanan turut mempengaruhi kelancaran akses transportasi. Pertanian di wilayah Pegunungan Tengah ini pun kebanyakan merupakan pertanian subsisten. Artinya, hasil pertanian digunakan untuk memenuhi kebutuhan sendiri. Jika terdapat hasil pertanian yang lebih maka akan dijual. Meskipun terdapat peningkatan jumlah rumah tangga tani, tetapi sektor pertanian ini masih belum bisa memberikan kontribusi yang besar bagi perekonomian Papua, karena pertanian di tempat ini masih didominasi oleh petani gurem dengan penguasaan lahan kurang dari 0,5 hektar. Potensi yang sangat besar ini tentunya akan menjadi percuma apabila tidak didukung dengan sumberdaya manusia dan teknologi yang memadai. Pengembangan agribisnis (industri pertanian) sangatlah diperlukan untuk meningkatkan value added dari produk pertanian yang dihasilkan. Selain itu, diperlukan peran pemerintah daerah setempat untuk membuka akses jalan bagi wilayah-wilayah lain di Pegunungan Tengah Papua dan jaminan keamanan serta kestabilan politik di daerah setempat. (sumber data: Potensi Pertanian Provinsi Papua, Analisis Hasil Pendataan Lengkap Sensus Pertanian 2013
Badan Pusat Statistik

BPS-Statistics Indonesia

Badan Pusat Statistik Kabuaten Tolikara (Statistics Regency of Tolikara)Mailbox : bps9418@bps.go.id

logo_footer

Copyright © 2023 BPS-Statistics Indonesia