Portal PPID
Badan Pusat Statistik

Setiap orang berhak memperoleh Informasi Publik sesuai dengan UU No. 14 Tahun 2008. Website PPID BPS menyediakan Informasi Publik Berkala, Setiap Saat, Serta-merta, dan Informasi lainnya.
Informasi
Berkala
Informasi Publik yang wajib disediakan dan diumumkan secara berkala
Informasi
Serta-merta
Informasi Publik yang wajib disediakan dan diumumkan secara serta merta tanpa penundaan
Informasi
Setiap Saat
Informasi Publik yang wajib disediakan dan diumumkan setiap saat
Informasi
Dikecualikan
Pengecualian informasi harus didasarkan pada pengujian konsekuensi
Standar
Layanan
Standar yang berlaku pada Layanan PPID
Laporan
dan Regulasi
Kumpulan Laporan dan Regulasi yang tersedia


E-FORM

Pengajuan Informasi Publik
Kini Lebih Mudah

Ajukan permohononan Informasi Publik, atau keberatan Informasi Publik dengan mengisi E-Form secara online.

Ajukan
Permohonan Informasi →
Ajukan
Keberatan Informasi →

Berita Kegiatan BPS

Potensi Produk Tanaman Pangan dan Hortikultura di Pegunungan Tengah Papua

Dirilis pada 03 Desember 2015Statistik Lain

Papua sebagai pulau paling timur di Indonesia menyimpan berbagai potensi. Tak hanya dari segi pariwisata saja melainkan juga dari sisi pertanian. Tanah subur dan memiliki potensi untuk pengembangan komoditas pertanian hanyalah sebesar 31,8 persen. Jenis tanah tersebut banyak ditemukan pada vegetasi hutan, padang rumput, dataran rendah, dan beberapa wilayah pegunungan. Meskipun kecil, tetapi jika dikembangkan dengan serius tentunya potensi pertanian di wilayah ini dapat digunakan sebagai tumpuan perekonomian masyarakat Pegunungan Tengah yang selama ini dikenal terisolir dan jauh dari pusat kegiatan ekonomi. Wilayah Pegunungan Tengah yang berada tepat di jantung pulau Papua memiliki potensi yang sangat besar untuk pengembangan sektor pertanian ini. Berdasarkan data dari BPS Provinsi Papua, terjadi peningkatan PDRB menurut lapangan usaha di wilayah Pegunungan Tengah Papua, dan peningkatan paling besar ada pada sektor pertanian. Sub sektor pertanian tanaman pangan dan hortikultura memberikan sumbangan paling besar dibandingkan dengan sub sektor lainnya, yaitu sebesar 2.245 trilyun. Berdasarkan hasil Sensus Pertanian 2013, terdapat 281.398 rumah tangga yang mengusahakan pertanian tanaman pangan dan 175.338 rumah tangga yang mengusahakan tanaman hortikultura. Ubi jalar merupakan salah satu tanaman palawija yang menjadi tumpuan pertanian di wilayah Pegunungan Tengah, karena menjadi makanan pokok bagi masyarakat di daerah ini. Hipere atau ubi jalar biasa dijual oleh mama-mama Papua dengan harga 20.000 rupiah per tumpuk. Selain ubi jalar, sayur-sayuran yang ditanam di wilayah ini kualitasnya juga sangat baik. Hanya saja, harga jual disini memang jauh lebih mahal jika dibandingkan dengan wilayah lain di Indonesia. Misalnya, untuk harga seikat sawi putih adalah 10.000 rupiah untuk ukuran kecil, bahkan mencapai 25.000 sampai 30.000 rupiah untuk ukuran besar (di wilayah Kab. Tolikara). Tidak ada yang murah di Papua. Nampaknya, ungkapan tersebut benar adanya. Mahalnya transportasi dalam pulau menyebabkan harga-harga kebutuhan pokok melambung tinggi, mencapai dua sampai tiga kali lipat dibandingkan dengan pulau Jawa, bahkan lebih. Itu adalah harga-harga di Kabupaten Jayawijaya sebagai kabupaten induk di wilayah Pegunungan Tengah. Bagaimana dengan harga kebutuhan pokok di kabupaten lain yang notabenenya sebagai wilayah pemekaran? Jangan ditanya. Tentunya lebih mahal lagi, bahkan sudah di luar perkiraan dan tidak terbayangkan. Hampir semua bahan kebutuhan di wilayah pemekaran ini berasal dari Wamena, ibukota kabupaten Jayawijaya. Barang yang dijual di Wamena pun juga berasal dari Jayapura. Sementara itu akses transportasi ke Wamena hanya bisa ditempuh menggunakan pesawat udara, lalu akses dari Wamena menuju wilayah pemekaran kebanyakan juga menggunakan pesawat. Hanya beberapa kabupaten yang bisa ditempuh menggunakan jalur darat, misalnya kabupaten Tolikara. Itupun dengan medan yang sangat berbahaya dan biaya yang mahal. Misalnya, ongkos untuk menyewa mobil dari Wamena menuju Tolikara mencapai 2.500.000 rupiah untuk sekali jalan dengan waktu tempuh sekitar lima jam perjalanan. Mahalnya biaya angkut di wilayah ini menyebabkan produk pertanian dari tempat ini sulit untuk dipasarkan ke wilayah lain. Selain itu, kondisi politik dan keamanan turut mempengaruhi kelancaran akses transportasi. Pertanian di wilayah Pegunungan Tengah ini pun kebanyakan merupakan pertanian subsisten. Artinya, hasil pertanian digunakan untuk memenuhi kebutuhan sendiri. Jika terdapat hasil pertanian yang lebih maka akan dijual. Meskipun terdapat peningkatan jumlah rumah tangga tani, tetapi sektor pertanian ini masih belum bisa memberikan kontribusi yang besar bagi perekonomian Papua, karena pertanian di tempat ini masih didominasi oleh petani gurem dengan penguasaan lahan kurang dari 0,5 hektar. Potensi yang sangat besar ini tentunya akan menjadi percuma apabila tidak didukung dengan sumberdaya manusia dan teknologi yang memadai. Pengembangan agribisnis (industri pertanian) sangatlah diperlukan untuk meningkatkan value added dari produk pertanian yang dihasilkan. Selain itu, diperlukan peran pemerintah daerah setempat untuk membuka akses jalan bagi wilayah-wilayah lain di Pegunungan Tengah Papua dan jaminan keamanan serta kestabilan politik di daerah setempat. (sumber data: Potensi Pertanian Provinsi Papua, Analisis Hasil Pendataan Lengkap Sensus Pertanian 2013)

Pejabat Pengelola
Informasi dan Dokumentasi

BPS Kabupaten Tolikara

Gedung 1 Lantai 1
(Kepala Biro Humas dan Hukum Badan Pusat Statistik)
Jln. Dr. Sutomo 6–8, Jakarta Pusat 10710
T. (021) 3841195,3842508,3810291-4, Ext : 1017
F. (021) 3857046
e-mail: ppid@bps.go.id

Ikuti Kami
di Media Sosial